Friday, July 6, 2018

Zaman Terkutuk - Em Yasin Arief

Zaman Terkutuk

Aku terseret-seret zaman millennial
Telpon pintarku tiada henti merantai tangan
Hangat kebersamaan mendadak sunyi
Ramai-ramai kita menunduk pada layar
Gelombang kata-kata tanpa makna
membludak dari mulut cuma-cuma
Pendapat berhamburan tanpa nalar
Budaya tak menghidupkan jiwa
Anak muda mengkritik tanpa membaca
Guru berteori tanpa menginjak bumi
Tren menjadi konsumsi sehari-hari
Arus menggerus akar tradisi
Hidup tak berguna tak apa asal kaya
Kekayaan maha segala-galanya
Kekayaan menjadi puncak cita-cita
Kekayaan harkat dan martabat manusia
ㅤㅤ ㅤㅤ

Artis jadi duta kebudayaan asing di negerinya sendiri
Rambut pirang, tas mahal, mobil mewah adalah identitasnya
Pejabat sibuk rebutan proyek
Untuk mengembalikan tebalnya kantong pasca kampanye pemilihan
Memantau apa saja yang bisa dirupiahkan
Ulama yang seharusnya mengajarkan kesederhanaan justru mengajarkan keanehan-keanehan
ㅤㅤ ㅤㅤ
Aku generasi millennial yang kacau balau
Kucari seniman yang ada adalah pelacur kebudayaan
Kucari pemimpin yang ada adalah preman
Kucari agamawan yang ada adalah tuan
Aku larut dan tenggelam
Tak bisa kupecahkan ombak
Tak bisa kuusir bayangku sendiri
Dalam diam aku pun berbuat curang

Kemana kau akan lari?
Alam sudah gelap gulita
Matamu ditutup
Telingamu disumbat
Mulutmu dibungkam
Tanganmu dibelenggu
Kakimu dipasung
Otakmu disandera dalam tabung
Kau generasi yang hidup dalam perut zaman terkutuk

Kau tak akan sempat bertanya
Mengapa manusia hidup mengejar-ngejar benda mati.
Mengapa manusia hidup menakar manusia dari benda mati.
Mengapa manusia hidup rela mati untuk benda mati.
Mengapa alat penindasan disebut negara
Mengapa markas perampok disebut bank.
Mengapa pabrik kebodohan disebut sekolah.
Mengapa tempat penyembelihan Tuhan disebut rumah ibadah.
Mengapa siasat penjajahan disebut Globalisme
Mengapa strategi perbudakan disebut Humanisme
Mengapa penghancuran kebudayaan disebut Modernisme
Mengapa berita keluar dari mulut para pendusta.
Mengapa kekuasaan selalu jatuh pada gerombolan srigala.
Mengapa pelacur dipuja-puja anak muda.
Mengapa kelompok mengaku sebagai agama.
Mengapa pendapat mengukuhkan sebagai kebenaran.
Mengapa semua kepalsuan bertopeng kesejatian.
Mengapa semua hanya bisa diam.


Em Yasin Arief

No comments:

Post a Comment

Kepada Anakku

Anakku.. Seperti kata seorang pujangga Kau bukan milikku Kau adalah anak jamanmu Seperti aku adalah anak jamanku Tapi anakku.. ...