Thursday, June 21, 2018

Jembatan – Sutardji Calzoum Bachri


Jembatan



Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung
air mata bangsa. Kata-kata telah lama terperang-
kap dalam basa-basi dalam teduh pekewuh dalam
Isyarat dan kilah tanpa makna.
     Maka aku pun pergi menatap pada wajah
orang berjuta.
      Wajah orang tergusur
      Wajah yang ditilang malang
      Wajah legam para pemulung yang memungut
remah-remah pembangunan
      Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar
penonton etalase indah di berbagai plaza.
      Wajah yang diam-diam menjerit melengking
melolong dan mengucap :
            tanah air kita satu
            bangsa kita satu
            bahasa kita satu
            bendera kita satu
       Tapi wahai saudara satu bendera, kenapa
kini ada sesuatu yang terasa jauh-beda diantara kita ?
      Sementara jalan-jalan mekar di mana-mana
menghubungkan kota-kota, jembatan-jembatan
timbuh kokoh merentangi semua sungai dan lembah yang
ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani
jurang di antara kita ?
      Di lembah – lembah kusam pada pucuk tulang kersang
dan otot linu mengerang mereka pacangkan koyak-
moyak bendera hati dipijak ketidakpedulian pada saudara.
Gerimis tak mampu mengucap kibaran-
nya. Lalu tanpa tangis mereka menyanyi :
          padamu negeri
          airmata kami

No comments:

Post a Comment

Kepada Anakku

Anakku.. Seperti kata seorang pujangga Kau bukan milikku Kau adalah anak jamanmu Seperti aku adalah anak jamanku Tapi anakku.. ...